Kamis, 24 Agustus 2017

Uma Lengge ( Rumah Tradisional Bima - Dompu)

UMA LENGGE



Sejarah dan Filosofi
Uma Lengge salah satu rumah adat tradisional peninggalan asli nenek moyang suku Bima (Dou Mbojo) yang dulunya berfungsi sebagai tempat penyimpanan padi. Lokasi kedua peninggalan adat tersebut terletak di Desa Maria, Kecamatan Maria, dan Desa Sambori Kecamatan Lambitu Kabupaten Bima, Pulau Sumbawa. 

Pada masa lalu, padi disimpan di Uma Lengge atau Uma Jompa untuk kebutuhan satu tahun. Penempatannya yang terpisah dengan rumah tinggal penduduk konon dimaksudkan untuk mencegah efek domino yang merugikan apabila terjadi bencana kebakaran. Dengan demikian, apabila rumah tempat tinggal penduduk terbakar, maka padi yang disimpan di dalam Uma Lengge atau Uma Jompa tidak akan ikut terbakar, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itulah, kompleks Uma Lengge di Desa Maria dibangun agak jauh dari pemukiman penduduk.

Ciri, struktur ruang dan Pola Permukiman Lengge merupakan salah satu rumah adat tradisional Bima yang dibuat oleh nenek moyang suku Bima (Mbojo) sejak zaman purba. Sejak dulu, bangunan ini tersebar di wilayah Sambori, Wawo dan Donggo. Khusus di Donggo terutama di Padende dan Mbawa terdapat rumah yang disebut Uma Leme. Dinamakan demikian karena rumah tersebut sangat runcing dan lebih runcing dari Lengge. Atapnya mencapai hingga ke dinding rumah. Namun saat ini jumlah Lengge atau Uma Lengge semakin sedikit. Di kecamatan Lambitu, Lengge dapat ditemukan di desa Sambori yang berjarak sekitar 40 km sebelah tenggara kota Bima. Meskipun ada juga di desa lain seperti di Kuta, Teta, Tarlawi dan Kaboro dalam wilayah kecamatan Lambitu.

Uma Lengge terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama digunakan untuk menerima tamu dan kegiatan upacara adat. Lantai kedua berfungsi sebagai tempat tidur sekaligus dapur. Sedangkan lantai ketiga digunakan untuk menyimpan bahan makanan seperti padi, palawija dan umbi-umbian. 
Pintu masuknya terdiri dari tiga daun pintu yang berfungsi sebagai bahasa komunikasi dan sandi untuk para tetangga dan tamu. Menurut warga Sambori, jika daun pintu lantai pertama dan kedua ditutup, hal itu menunjukan bahwa yang punya rumah sedang berpergian tapi tidak jauh dari rumah. Tapi jika ketiga pintu ditutup, berarti pemilik rumah sedang berpergian jauh dalam tempo yang relatif lama. 
Hal ini tentunya merupakan sebuah kearifan yang ditunjukkan oleh leluhur orang-orang Bima. Ini tentunya memberikan sebuah pelajaran bahwa meninggalkan rumah meski meninggalkan pesan meskipun dengan kebiasaan dan bahasa yang diberikan lewat tertutupnya daun pintu itu. Disamping itu, tamu atau tetangga tidak perlu menunggu lama karena sudah ada isyarat dari daun pintu tadi.

Seiring perubahan zaman, Uma Lengge sudah banyak yang dipermark disesuaikan dengan kebutuhan masa kini. Atapnya sudah banyak yang terbuat dari seng. Fungsinya juga sudah banyak yang menjadi lumbung. Lengge-lengge yang ada di wawo saat ini sudah banyak yang difungsikan sebagai lumbung padi. Keberadaan lengge di kecamatan Wawo menjadi salah satu obyek wisata budaya di kabupaten Bima. Banyak wisatawan manca negara yang berkunjung ke Lengge Wawo untuk melihat dan meneliti tentang sejarah Uma Lengge.

Lengge Sambori juga merupakan salah satu aset dan obyek wisata desa adat yang telah dicanangkan oleh pemerintah Kabupaten Bima. Sambori terletak di lembah gunung Lambitu yang sejuk dan dingin tanpa polusi udara. Menurut penelian sejarah orang orang Sambori atau yang dikenal dengan nama Dou Donggo Ele dan orang-orang Donggo Ipa atau di kecamatan Donggo sekarang merupakan suku asli Bima. 

Denah pemukiman uma lengge terletak berkumpul pada suatu tempat dengan rumah berjejeran tanpa adanya pagar halaman karena letak uma lengge berdekatan dan berkelompok dengan uma lengge lainnya.

Arsitektur Bangunan 
Secara umum, struktur Uma Lengge berbentuk kerucut setinggi 5-7 cm, bertiang empat dari bahan kayu, beratap alang-alang yang sekaligus menutupi tiga perempat bagian rumah sebagai dinding dan memiliki pintu masuk di bagian bawah. Untuk bagian atap, terdiri atas atap uma atau butu uma yang terbuat dari daun alang alang, langit-langit atau taja uma yang terbuat dari kayu lontar, serta lantai tempat tinggal terbuat dari kayu pohon pinang atau kelapa. Pada bagian tiang uma juga digunakan kayu sebagai penyangga, yang fungsinya sebagai penguat setiap tiang-tiang Uma Lengge. Uma Lengge terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama digunakan untuk menerima tamu dan kegiatan upacara adat. Lantai kedua berfungsi sebagai tempat tidur sekaligus dapur. Sementara itu, lantai ketiga digunakan untuk menyimpan bahan makanan, seperti padi.

Bentuk Lengge mirip bangunan rumah panggung yang dibangun menggunakan bahan kayu dengan atap dari ilalang. Ukurannya sekitar 4 kali 4 meter, dengan tinggi hingga puncaknya mencapai 7 meter. Lengge ditopang empat kaki kayu, setinggi 1 meter. Di atas kaki kayu itu, ada semacam bale-bale tanpa dinding dengan 4 penyangga kayu setinggi 1,5 meter. Di atas bale-bale, ada ruangan berdinding kayu, tempat penyimpanan persediaan pangan. Atapnya dari ilalang yang berbentuk mengerucut ke atas.

Sumber : http://mbojonet.blogspot.co.id/2012/07/uma-lengge-dan-jompa-sejarah-filosofi.html

Sabtu, 05 April 2014

Kejujuran Hati

"Kiki". Terkejut saat ku terbangun dari tidurku. Memang semalaman aku benar-benar merasakan rasa lelah itu telah sampai pada puncaknya. Membuat aku tidak sadar telah tertidur pulas diatas meja kerjaku.
Perkenalkan namaku Sri, sekarang aku bekerja sebagai sekertaris direktur di salah satu perusahaan terkemuka di Jakarta.
Kali ini aku benar-benar sedang merindukan sosok Kiki. Ya.. Kiki adalah sosok laki-laki pertama yang membuat aku merasakan cinta pertamaku. Hubungan kami berjalan cukup lama, 3 Tahun. Meskipun putus-nyambung, tapi begitulah hubungan kami. Sampai akhirnya ada Roy, Roy yang membuat aku buta sampai aku memutuskan Kiki demi Roy. Perjalanan cinta aku dan Roy memang manis, semanis coklat. Namun itu tak bertahan lama, hanya 2 bulan.
Singkat cerita, setelah aku putus dengan Roy. Aku menjalin hubunganku yang baru dengan Lie, cowok keturunan Tionghoa, tanpa aku sadari jauh di sebrang sana ternyata Kiki masih sayang sama aku.
1 Tahun hubunganku dengan Lie, malamnya aku bermimpi bertemu dengan sosok yang pernah aku sakiti dulu, orang yang tanpa aku sadari sangat menyayangiku dengan tulus. Kiki, yah... Kiki, mimpi malam itu sangat indah saatku bertemu kembali dengannya. Tanpa berpikir panjang ku ambil Handphone ku dan langsung menghubunginya.
"Assalamu 'alaikum.. Kiki.. Ini gue Sri, masih inget?". Kataku lewat telpon.
"Wa'alaikum salam. Akhirnya ri, gue bisa denger lagi suara lu. Gue kangen banget ama lu ri, tapi gue gk brani nelpon lu takut pacarlu marah".
Sontak aku terkejut dan diam seribu bahasa, ternyata dia merasakan hal yang sama.
"Iya ki.. Sorry gue ganggu istirahat lu, gue cuma mau bilang gue kangen lu. Semalem gue mimpiin lu ki".
"Gapapa ri... Gue juga kangen banget ama lu.. Gue pengen kita balikan lg ri? Gue engga mau munafik ama perasaan gue sendiri, gue masih sayang ama lu bahkan sampe detik ini belom ada yang bisa gantiin lu dihati gue".
Pernyataan Kiki membuat hatiku bergetar "Subhanallah... Apa yg terjadi dengan semua ini? Memangku masih menyayanginya Tuhan.. Tapi aku masih milik orang lain". Tanyaku dalam hati.
Diam seribu bahasa. Ya.. Itu kata yang cocok untuk ku saat mendengar pernyataannya yang seperti itu.
"Ki.. Gue emang masih sayang ama lu, tapi posisi gue saat ini adalah pacarnya Lie. Dan lu tau itu kan?". Tanyaku.
"Iya.. Gue tau, tapi.. Gue bakal bersedia nunggu lu kok. Karna cuma lu doang yang bisa bikin gue nyaman".
Mendengar bahasa Kiki yang semakin berharap aku kembali membuat hatiku sangat sakit. Spontan telpon langsung terputus.
Kesungguhan hatinya untukku itu membuatku sangat bahagia, meskipun kini aku milik orang lain.
Jika Allah memang telah menggariskan takdirnya aku berjodoh denganmu pasti kita akan disatukan kembali.
Aku sayang kamu.

Senin, 31 Maret 2014

Kasih Sayang Ayah

 "Ayah.. Lulu bukan anak kecil lagi. Yang harus ayah Keppoin melulu, Lulu juga kan mau kaya temen-temen Lulu bisa nikmatin masa remaja". Bantahku pada teguran ayah.
Perdebatan yang selalu terjadi antaraa aku dan ayah memang sudah menjadi hal yang biasa. 6 Tahun sejak Sekolah Menengah Pertama (SMP) aku jauh dari orang tua. Hanya tinggal bersama Kakek dan Indri kakak sepupuku. Wajar kalau ayah memperhatikan extra kebiasaanku, bagaimana perilakuku. Ayah memang selalu menganggap aku gadis kecilnya yang mau apa-apa harus dijaga. Istilahnya kurang lebih takut hilang.
"Yaudah. Kalo begitu semua terserah Lulu. Lulu mau jungkir balik, mau main ama cabe-cabean sekalipun ayah udah engga peduli lagi ama Lulu". Cetus ayah memecah keheningan malam.
Bunda hanya bisa diam melihat tingkah ayah kepadaku yang begitu keras mendidikku.
Setelah kejadian itu, sikap ayah terhadapku benar-benar berubah.
Aku dan ayah yang biasanya selalu bercerita tentang segala hal, kini semuanya benar-benar berubah.

1 tahun kemudian..
Untuk pertama kalinya aku bicara empat mata dengan ayah setelah kejadian itu.
"Ayah... Boleh Lulu bicara sebentar?" kataku gugup.
"Boleh. Ada apa?".
"Lulu mau lanjutin study Lulu ke Belanda. Ayah ngijinin Lulu kan? Selama ini Lulu selalu nurutin maunya ayah. Sekarang? Boleh dong yah kalo Lulu minta ayah ijinin Lulu study disana?".
"Yaudah. Kalo itu maunya Lulu, semuanya yang jalanin kan Lulu. Bukan ayah".
Jawaban ayah yang seperti itu membuatku merasa berat meninggalkannya disini. Tapi tekadku sudah bulat, aku akan melanjutkan studyku ke Belanda.
Seminggu kemudian aku berangkat ke Belanda. Ayah tidak ikut serta mengantarku ke Bandara. Hanya bunda dan Mas Uki yang mengantarku.
"Mas, jaga bunda ama ayah ya".
"Iya sayang, mas bakal jagain bunda ama ayah 24 jam deh buat Lulu". Jawabnya pelan.
Tanpa berbicara panjang aku langsung menaiki pesawat yang akan membawaku jauh dari omelan ayah.

3 Tahun kemudian..
Aku mendapat surat dari Indonesia.
"Aah... Paling dari Mas Uki. Mas.. Mas.. Udah zaman modern, masih aja pake surat-suratan. Tumben banget, biasanya juga engga begini". Pikirku aneh.
Rasanya tak seperti biasanya Mas Uki kirim surat seperti ini. Seperti adayang kurang beres.
                   Jakarta, 9 November 2003

Assalamu 'alaikum, Lu..
Gimana kabarnya? Mas kangen nih sama adeknya Mas ini. Kapan balik ke Indonesia? Kita disini semuanya kangen sama Lulu lo... Apalagi ayah, tiap malem ayah selalu ceritain Lulu waktu Lulu masih kecil kaya apa.
Dek, alhamdulillah kita disini semuanya baik-baik aja.
Lulu sayang..
Mas mau sampein sesuatu sama Lulu. Mas mau sampein permohonan maafnya ayah sama Lulu, udah nyuekin Lulu bahkan engga nganterin Lulu ke Bandara itu bukan karna ayah masih marah ama Lulu. Ayah gk pernah marah sama Lulu, ayah cuma gk mau Lulu ngeliat air mata ayah. Sebenarnya ayah engga ngijinin Lulu lanjutin study ke Belanda. Tapi kan ayah tau kalo itu impiannya Lulu bisa study di Belanda. Tiap hari ayah nanyain kabarnya Lulu ke Mas. Ayah engga berani telpon Lulu, ayah malu karna ayah dulu ngomongnya udah terlaly kasar sama Lulu.
Tapi Lulu harus tau, ayah sayang banget sama Lulu.
Udah dulu yah sayang, Mas cape nulisnya. Heheehe... Lulu harus janji sama mas, kalo Lulu bakal banggain ayah. Oke?

                                    Tertanda,

                                     Mas Uki.

Tanpa aku sadari, air mata ini mengalir ternyata selama ini aku salah menilaimu ayah. Didikanmu yang keras itu bukan karna kau marah, melainkan karna ayah sayang terhadapku.
"Maafin Lulu ya ayah.. Lulu janji engga bakal ngecewain ayah lagi, Lulu bakal bikin ayah bangga". Tekadku dalam hati.